Sampai saat ini masih terjadi beberapa kerancuan mengenai gelatik batu. Masih banyak yang menganggap gelatik batu berbeda dari gelatik wingko. Selain itu, para ornitholog di dunia pun terkadang meletakkan gelatik batu yang ada di Indonesia sebagai subspesies dari gelatik batu sejati (Parus major), dengan nama ilmiah Parus major cinereus. Tetapi ada juga yang menganggapnya spesies tersendiri, Parus cinereus, dengan beberapa subspesies di dalamnya.
saya pun sempat terjebak dalam kerancuan seperti ini. Nah, artikel ini sengaja diluncurkan agar ke depan bisa terbangun kesamaan persepsi di antara kicaumania Indonesia. Apalagi dari hari ke hari burung ini makin digemari, bukan sekadar karena harganya yang relatif terjangkau, tetapi juga karena mempunyai suara yang bagus dan bisa dijadikan burung master.
Tentang kerancuan pertama, masih banyak yang menganggap gelatik batu dan gelatik wingko adalah spesies yang berbeda. Ini bisa disimak dari berbagai informasi di dunia maya. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa gelatik wingko sebenarnya nama lain dari gelatik batu. Mana yang benar?
Saya memang tidak bisa menjamin kebenaran mutlak. Namun, dengan mengacu pendapat para ahli yang punya kompetensi mengenai hal ini, semoga bisa mendekati kebenaran. Menurut Om Ige, dari Yayasan Kutilang Indonesia, gelatik wingko adalah julukan yang diberikan masyarakat sekitar lereng Gunung Merapi untuk burung gelatik batu yang hidup di kawasan tersebut.
Dengan demikian, gelatik wingko merupakan salah satu dari puluhan jenis gelatik batu yang ada di seluruh dunia. Ketika saya menyebut gelatik batu, pengertiannya adalah semua spesies yang termasuk dalam genus Parus. Secara keseluruhan ada 24 spesies dalam genus Parus di seluruh dunia.Di antara spesies gelatik batu tersebut, yang paling popular adalah gelatik batu sejati (Parus major), yang terdiri atas 14 subspesies. Spesies ini banyak dijumpai di Eropa, Asia Baratdaya, Timur Tengah, dan Afrika.
Indonesia memiliki tiga jenis gelatik batu, salah satunya adalah gelatik wingko. Dulu ketiganya dimasukkan sebagai salah satu subspesies dari Parus major, dengan nama ilmiah Parus major cinereus. Tetapi mengingat beberapa perbedaan morfologi dan wilayah persebarannya, ketiga jenis gelatik batu asal Indonesia ini dikelompokkan dalam spesies tersendiri dengan nama Parus cinereus, tetapi hanya menjadi subspesies.
Parus cinereus terdiri atas 13 subspesies tersebut. Seperti dijelaskan sebelumnya, tiga jenis di antaranya terdapat di Indonesia, yaitu:
- Parus cinereus cinereus : habitat di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
- Parus cinereus ambiguus : habitat di Sumatera (dan Semenanjung Malaysia).
- Parus cinereus sarawacencis : habitat di Pulau Kalimantan, terutama di wilayah baratlaut.
Dari sini bisa disimpulkan beberapa hal seperti berikut ini:
- Gelatik batu yang ada di lereng Merapi sebenarnya sama seperti gelatik batu di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Artinya, bisa juga disebut sebagai gelatik wingko.
- Gelatik batu di Sumatera dan Kalimantan masih satu spesies dengan gelatik batu di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, tetapi memiliki beberapa perbedaan kecil sehingga ditetapkan sebagai subspesies tersendiri. Subspesies ini juga bisa disebut sebagai gelatik batu, tetapi (mestinya) bukan termasuk gelatik wingko jika pengertian gelatik wingko adalah Parus cinereus cinereus.
Perlu diketahui, hampir semua jenis gelatik batu yang termasuk dalam spesies Parus cinereus hanya dijumpai di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan sebagian Asia Baratdaya (Afghanistan, Turkmenistan, Tajikistan), serta tidak dijumpai di Eropa maupun Afrika.
Berikut ini pemetaan wilayah persebaran puluhan jenis gelatik batu di seluruh dunia :
NB: Sampai saat ini, beberapa website burung seperti orientalbirdimage.com dan ibc.lynxeds.com masih menempatkan gelatik wingko atau gelatik batu asal Indonesia sebagai subspesies dari Parus major.
Dengan demikian, sekarang kita (mestinya) sudah bersepakat bahwa gelatik wingko sebenarnya sama dengan gelatik batu, terutama gelatik batu yang ada di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Tetapi gelatik wingko maupun dua jenis gelatik batu khas Indonesia berbeda dari gelatik batu sejati (great tit) yang banyak dijumpai di Eropa.
Gelatik batu di Indonesia, menurut para ornitholog, tidak termasuk dalam kelompok great tit, tetapi cinereous tit (istilah dalam bahasa Inggris menggunakan kata cinereous; untuk nama latin / spesies tetap cinereus).
Seperti dijelaskan di bagian awal tulisan, gelatik batu kini makin disukai kicaumania karena harganya relatif terjangkau, mudah dikembangbiakkan / ditangkarkan, dan termasuk burung kicauan, bahkan dapat dijadikan salah satu burung master.
Hal ini berbeda dari gelatik jawa (Padda oryzivora) atau gelatik belong / pelong / tembok yang lebih berfungsi sebagai burung hias, tetapi kicauannya monoton. Di Inggris dan Belgia, burung gelatik jawa sudah dikembangbiakkan secara modern, bahkan sudah muncul berbagai varian baru hasil mutasi warna, termasuk gelatik silver.
Nah, sebagian kicaumania pun terkadang menyamakan gelatik jawa dengan gelatik batu, padahal perbedaannya cukup jauh (lihat gambar di bawah ini):
Tidak ada komentar:
Posting Komentar